Pelatihan Metode Granada ke-3 di Sintang: Tantangan Jauhnya Medan dan
Komunikasi
Sintang, Kalimantan Barat – 28 Juli 2025
Kabupaten Sintang kembali menjadi lokasi pelatihan menerjemah Al Quran Metode Granada untuk ketiga kalinya pada 26-27 Juli 2025. Kegiatan yang diinisiasi BAZNAS RI dan Yayasan Indonesia Menerjemah Al Quran (IMQ) ini diikuti oleh 10 dai/guru dari daerah terpencil (3T). Meski antusiasme peserta tinggi, pelatihan kali ini diwarnai sejumlah kendala, mulai dari kesibukan pengasuh pondok, sulitnya komunikasi, hingga medan transportasi yang menantang.
>>*Perjuangan Menuju Lokasi: Sungai dan Jalan Berlumpur*
Peserta yang berasal dari pelosok Sintang harus menempuh perjalanan berat untuk sampai ke lokasi pelatihan. Sebagian besar menggunakan perahu bot menyusuri sungai, sementara lainnya melalui jalan berlumpur dengan kendaraan roda dua. “Kami harus berangkat sejak subuh agar tidak terlambat. Medannya ekstra hati-hati, walau kemarau tapi sering hujan ,” ujar Suprapto, salah satu peserta dari Kecamatan Dedai.
>> *Kendala Utama: Komunikasi dan Kesibukan Pengurus*
Pelatihan kali ini menghadapi tantangan teknis yang signifikan:
1. **Kesibukan Pengasuh Pondok**: Ustaz Muhammad Hedi dan Bunda Tiara, pengasuh Pondok Tahfidz Hisbah al Fatih, harus membagi waktu ekstra keras antara pelatihan, mengurus pondok dan mengurus biro umroh yang menjadi sumber dana bagi keberlangsungan pondok.
2. **Sinyal Internet Terbatas**: Koordinasi dengan calon peserta kerap terkendala jarak dan sinyal yang tidak stabil. Sebagian peserta bahkan harus menempuh 2-3 jam perjalanan hanya untuk mengakses titik sinyal.
3. **Laporan Pemahiran**: Pemantauan perkembangan peserta pasca-pelatihan terhambat oleh minimnya akses internet, sehingga laporan pemahiran sering terlambat terkumpul.
>> **Semangat Tak Pudar Meski Medan Berat**
Meski dihadapkan pada kendala infrastruktur dan komunikasi, peserta menunjukkan komitmen tinggi. “Pelatihan ini sangat membantu kami mengajarkan ilmu menerjemah Al Quran dengan metode terstruktur. Kendala transportasi dan sinyal bukan halangan,” tutur Aisyah Adzania, peserta dari Merempit Baru.
Tim penyelenggara pun berupaya memaksimalkan pelatihan dengan:
– Membagi modul fisik (40 set buku panduan dan 10 kamus induk) untuk mengurangi ketergantungan pada daring.
– Menjadwalkan sesi tatap muka intensif selama pelatihan untuk mengompensasi lemahnya komunikasi daring.
>> Harapan ke Depan
Kegiatan ini diharapkan menjadi pemicu perbaikan infrastruktur dan dukungan pemerintah daerah bagi daerah 3T. “Kami berterima kasih kepada BAZNAS RI dan semua pihak yang mendukung. Semoga ke depan ada solusi untuk kendala transportasi dan komunikasi ini,” pungkas Ustd Dedi Aslandi, penanggung jawab program.
*Laporan: Ayu Anggreini | Dokumentasi: Tim IMQ Sintang*